“Aku kan bilang filmnya busuk, bukan berarti aku nggak menikmati filmnya.”
Mimpi aneh Izal tentang superhero-superhero lokal, membuka obrolan panjang antara ia dan Tino, sepasang penjaga persewaan film, dan Molly, bocah SMP penyuka tokusatsu, tentang film-film superhero yang pernah diproduksi di Indonesia.
Kolong Sinema adalah sebuah surat cinta untuk film kelas B. Komik ini dengan cerdik memanfaatkan panil demi panil untuk membicarakan, mengkritik, dan memuji film-film superhero lokal, lewat tiga karakternya yang antusias dengan budaya populer dan berlagak sebagai kritikus film.
Sejak diterbitkan tahun 2018, komik Kolong Sinema banyak menuai pujian. Hikmat Darmawan memasukkannya dalam daftar komik terbaik 2018. Cinema Poetica, jurnal film online, juga menuliskan review positif .
Meski tidak bisa dibilang sebagai komik non-fiksi sepenuhnya, kita dapat melihat bagaimana sebuah medium kreatif, yaitu komik, dapat digunakan untuk mengkaji sebuah medium kreatif lain. Berbeda dengan kajian akademis yang lebih menekankan pada penilaian ilmiah – dengan kategori dan metode tersendiri – atas sebuah fenomena atau realitas, komik ini mengkaji fim dalam gambar-gambar yang indah dan bahasa yang lugas.